Sabtu, 24 Oktober 2009

Belajar dan kreativitas



Belajar merupakan suatu bagian dari sisi kehidupan manusia. Proses belajar melibatkan siapa yang diajar dan siapa pengajarnya, sedangkan apa yang kita harapkan dari belajar adalah memperoleh sesuatu yang baru dan menarik. Sesuatu yang baru, orisinil dan unik dapat merupakan hasil kreatifitas. Oleh karena itu dibutuhkan proses pembelajaran yang kreatif. Proses pembelajaran yang kreatif perlu didukung oleh hal-hal sebagai berikut:

Ruang untuk meciptakan suatu kreativitas. Pembentukan kreativitas memerlukan faktor pendukung pembelajaran yang secara fisik dan konseptual dapat mengembangakn kreativitas siswa didik. Misalnya dalam bentuk fisik pengadaan komputer, buku-buku yang menarik bagi peserta didik. Sedangkan secara konseptual seperti pengadaan materi pembelajaran yang berorienatsi pada seni dan kerajinan. Kreatifitas juga dapat diterapkan pada mata pelajaran yang lain

Pengajaran yang kreatif. Pendidik harus mampu untuk membaca situasi dan memonitor serta mengevaluasi peristiwa-peristiwa serta sanggup mengambil resiko untuk melakukan inovasi dalam proses pengajaran. Menurut Woods (1997) dalam mengajar guru hendaknya memiliki kemampuan inovasi, humor dan mampu membuat situasi pembelajaran yang menyenangkan bagi peserta didik, memiliki ide-ide imajinatif yang dapat mendorong kemampuan anak untuk berkreasi dan melakukan refleksi yang kritis.

Selain faktor pendukung diatas, sistem belajar yang kreatif juga bisa ditinjau dari dua metode pembelajaran, yaitu

:Metode belajar kreatif

Metode belajar Brunner. Sekolah mempunyai peranan penting sebagai instrumen kebudayaan dalam memperkuat keterampilan intelektual. Oleh karena itu didalam mendayagunakan lingkungan belajar sebagai suatu produk perlu adanya penekanan aspek bepikir dan didukung dengan ketrampilan kreatif siswa dalam menangani persoalan, melihat situasi dan kemampuan mengoperasionalkan simbol-simbol khususnya yang berkaitan dengan teknologi (Sudjana, 1990)

Metode Karyawisata, dengan metode ini kita akan banyak belajar hal yang baru mengenai berbagai topik, sejarah dan lain sebagainya. Manfaat lain dari metode ini adalah melatih anak untuk CORE (cari tahu, oleh keterbukaan, resiko dan energi) yang dapat mempertajam kecerdasan. Yang dimaksud dengan cari tahu adalah timbulnya rasa ingin tahu, mengenadalikan dorongan, mencipta, bereksperimen dan membangun. Sedangkan yang dimaksud dengan oleh keterbukaan adalah sikap fleksibel dan kesedian anak menghadapi hal baru. Selanjutnya yang dimaksud dengan mengambil resiko, yakni sikap berani meninggalkan zona kenyamanan, dan berani menghadapi tantangan yang baru. Yang dimaksud dengan energi yaitu menciptakan semangat yang menimbulkan dorongan belajar. Manfaat lain dari metode ini yaitu memperkuat rasa percaya diri, membuka pikiran dan ide-ide baru, memperoleh pengalaman kreatif, mengembangkan kreatifitas.

Model belajar yang kreatif

Model stuktur intelektual dari Guildford. Stuktur intelektual meliputi dimensi isi, produk dan operasi. Dimana operasi intektual menunjukkan proses pemikiran yang berlangsung, produk merupakan hasil dari proses operasi yang nantinya diterapkan pada konten dan isi merupakan materi yang digunakan. Dalam dimensi operasi terdapat berpikir divergen (berpikir kreatif) yaitu memberikan berbagai macam alternatif jawaban yang diberikan dengan penekanan pada keanekaragaman dan kesesuaian. Contoh bentuk pertanyaannya, “apa saja akibat jika kita kehabisan minyak bumi?”, atau “efek apa yang ditimbulkan dari perang?”.

Model Multiple Talent Taylor. Taylor membedakan enam talenta yang dapat dikembangkan di sekolah yaitu konten akedemik, kreatifitas, keterampilan merencanakan, komunikasi, prediksi dan pengambilan keputusan. Kreatifitas merupakan kemampuan untuk melihat atau memikirkan hal-hal yang luar biasa. Memadukan informasi yang tampaknya tidak berhubungan dan mencetuskan solusi-solusi baru yang menunjukkan kelancaran, kelenturan dan orisinaliats dalam berpikir. Bidang kreatifitas mencakup unsur-unsur menemukan, menggabungkan, membangun, mengarang dan mendesain, merancang, merubah dan menambah (Munandar, 1999). Inti dari model ini adalah merubah pandangan gutu tentang siswa bahwa siswa tidak dipandang lagi sebagai penerima informasi melainkan sebagi pemikir, pencipta, komunikator, inovator, organisator dan pengambil keputusan.

Model Treffinger untuk mendorong belajar kreatif. Kreatifitas merupakan salah satu kemampuan yang ditingkatkan terutama pada program anak berbakat. Untuk itu perlu ditumbuhkan iklim didalam kelas yang menghargai dan memupuk kreatifitas dalam semua segi. Oleh karena itu diperlukan pendekatan yang komprehensif untuk membantu siswa mengembangkan kemapuannya. Keterampilan kognitif dan afektif ditonjolkan dalam model tiga tingkat yaitu tingkat dasar sampai tingkat fungsi berpikir yang lebih majemuk yaitu :

Basic tool atau teknik kreatifitas I meliputi keterampilan berpikir divergen (Guildford, 1967, dikutip Parke, 1989) dan teknik-teknik kreatif. Keterampilan teknik-teknik ini meliputi bagaimana pengembangan kelancaran dan kelenturan serta kesedian mengungkapkan pemikiran kreatif kepada orang lain.

Tingkat II atau Practice with process yaitu memberi kesempatan kepada siswa untuk menerapkan apa yang telah dipelajari pada tingkat I dalam situasi praktis. Kemahiran dalam berpikir kreatif menuntut siswa memiliki keterampilan untuk melakukan fungsi-fungsi seperti analisis, evaluasi. imajinasi dan fantasi.

Tingkat III atau working with real problem, yaitu menerapkan keterampilan yang dipelajari pada tingkat I terhadap tantangan pada dunia nyata. Disini siswa menggunakan kemampuannya dengan cara-cara yang bermakna bagi kehidupannya.Adapun strategi yang digunakan dalam model pembelajaran kreatif adalah berupa model studi kasus, simulasi dan bermain peran.

Model Williams pada perilaku Kognitif dan Afektif didalam Kelas. Kreatifitas perlu diterapkan secara menyeluruh dalam kurikulum dan bahwa siswa harus mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dalam semua bidang kegiatan mereka. Keterampilan kognitif dan afektif dalam pengembangan kreativitas digabung dengan materi tradisional yang diajarkan disekolah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar