Sabtu, 14 November 2009

TEORI KREATIFITAS

Download file lengkap di sini [ Ziddu ] [ 4Shared ]

A. Kriteria Kreativitas
Penentuan kriteria kreativitas menyangkut tiga dimensi yaitu dimensi proses, orang atau pribadi, dan produk kreatif (Amabile, 1983). Dengan menggunakan proses kreatif sebagai kriteria kreativitas, maka segala produk yang dihasilkan dari proses itu dianggap sebagai produk kreatif, dan orangnya disebut sebagai orang kreatif. Keberatan yang diajukan terhadap teori ini ialah, sesuatu yang dihasilkan dari proses berpikir kreatif tidak selalu dengan sendirinya dapat disebut sebagai produk kreatif. Kriteria ini jarang dipakai dalam penelitian (Supriadi, 1994: 13).
Dimensi orang atau pribadi sebagai kriteria kreativitas seringkali kurang jelas rumusannya. Amabile (1983) mengatakan bahwa pengertian orang atau pribadi sebagai kriteria kreativitas identik dengan yang dikemukakan Guilford (1950) disebut kepribadian kreatif. Kepribadian kreatif menurut Guilford meliputi dimensi kognitif (yaitu bakat) dan non-kognitif (yaitu minat, sikap, dan kualitas temperamental). Menurut teori ini, orang-orang kreatif memiliki ciri-ciri kepribadian yang yang secara signifikan berbeda dengan orang-orang yang kurang kreatif. Karakteristik-karakteristik kepribadian ini menjadi kriteria untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif. Orang-orang yang memiliki ciri-ciri seperti yang dimiliki oleh orang-orang kreatif dengan sendirinya adalah orang kreatif (Supriadi, 1994: 13).
Kriteria ketiga adalah produk kreatif, yang menunjuk kepada hasil perbuatan, kinerja, atau karya seseorang dalam dalam bentuk barang, atau gagasan. Kriteria ini dipandang sebagai yang paling eksplisit untuk menentukan kreativitas seseorang, sehingga disebut sebagai ”kriteria puncak” bagi kreativitas (Amabile, 1983). Dalam operasi penilaiannya, proses identifikasi kreativitas dilakukan melalui analisis obyektif terhadap produk, pertimbangan subyektif oleh peneliti, atau peneliti ahli, dan melalui tes (Supriadi, 1994: 14).
Dari kajian tentang kreativitas di atas, penulis lebih terfokus pada produk kreatif. Karena produk kreatif lebih dapat diamati, dan apapun fokus kreativitas pada akhirnya penilaian terhadap seseorang tentang kreativitas adalah produk orang tersebut, apakah orang tersebut mempunyai produk yang kreatif atau tidak. Tanpa produk tertentu, tidak mungkin seseorang dapat dikatakan kreatif, atau mempunyai kreativitas yang tinggi.

c. Cara-cara Mengukur Kreativitas
Banyak usaha dari para psikolog untuk mengukur kreativitas seseorang. Meskipun mereka menggunakan definisi kreativitas dengan definisi mereka sendiri, tetapi ada baiknya kita perhatikan beberapa pendapat berikut ini.

Menurut Supriadi (1994: 23), ada lima pendekatan yang digunakan untuk menilai kreativitas seseorang. Kelima pendekatan itu adalah: 1. Analisis obyektif terhadap produk kreatif, 2. Pertimbangan subyektif, 3. Inventori kepribadian, 4. Inventori biografis, dan 5. Tes kreativitas.

1) Analisis obyektif terhadap produk kreatif
Pendekatan ini dimaksudkan untuk menilai secara langsung kreativitas suatu produk berupa benda atau karya-karya kreatif lain yang dapat diobservasi wujud fisiknya. Pendekatan ini pertama kali dikemukakan oleh Ghiselin (1963). Metode ini dikembangkan oleh Simonton (1980) yaitu digunakan dalam studinya terhadap kreativitas dalam karya musik klasik, berdasarkan orisinalitasnya.

2) Pertimbangan subyektif
Pendekatan ini mengandalkan berbagai kamus biografi untuk memilih orang-orang kreatif. Pendekatan ini digunakan oleh Galton (1870) yaitu untuk menentukan orang-orang yang layak disebut genius. Pendekatan ini juga digunakan oleh Simonton (1975) yaitu dengan menggunakan sumber-sumber biografi, catatan sejarah, dan antologi untuk menentukan subyek studinya yang meliputi sekitar 5000 orang dan produk kreatif. Pertimbangan subyektif ini digunakan dengan cara meminta sekelompok pakar untuk menilai kreativitas orang-orang tertentu yang sesuai dengan bidangnya.

3) Inventori kepribadian
Pendekatan ini ditujukan untuk mengetahui kecenderungan-kecenderungan kepribadian kratif seseorang atau keterkaitan kepribadian yang berhubungan dengan kreativitas. Kepribadian kreatif meliputi: sikap, motivasi, minat, gaya berpikir, dan kebiasaan-kebiasaan dalam berperilaku.

4) Inventori biografis
Inventori biografis digunakan untuk mengungkap berbagai aspek kehidupan orang-orang kreatif, meliputi identitas pribadi, lingkungan, dan pengalaman-pengalaman hidupnya. Dengan memperhatikan biografis seseorang, maka dapat dilihat tingkat kreativitas orang tersebut.

5) Tes Kreativitas
Tes kreativitas digunakan untuk mengidentifikasi orang-orang kreatif yang ditunjukkan oleh kemampuan dalam berpikir kreatif. Hasil tes ini berbentuk skor yang kemudian dikonversikan ke dalam skala tertentu yang menghasilkan Creativity Quotient (CQ) yang mirip dengan Intelligence Quotient (IQ). Beberapa bentuk tes kreativitas antara lain: Test of Divergent thinking, Creativity test for Children, Torrance Test of Creative Thinking, Creative Assessment Package, Tes kreativitas verbal dari Munandar. Tes kreativitas berbeda dengan tes intelegensi, Tes Intelegensi menguji kemampuan berpikir konvergen, karena itu jawaban yang disediakan benar dan salah. Sedangkan tes kreativitas mengukur kemampuan berpikir divergen, tidak ada jawaban benar atau salah. Kualitas respon seseorang diukur dari sejauh manakah memiliki keunikan dan berbeda dari kebanyakan orang. Makin unik dan orisinal, makin tinggi skornya. Selain itu yang menjadi kriteria penskoran adalah keluwesan, kelancaran, dan kerincian jawaban.
sumber: http://suchaini.wordpress.com/2008/12/15/teori-kreatifitas/

Jumat, 13 November 2009

Stimulasi Musik Untuk Kecerdasan Anak

Alasan mendengarkan musik antara lain untuk membantu mengatasi kebosanan atau melepaskan stres. Sebenarnya alunan nada itu juga bisa berfungsi sebagai stimulasi yang dapat mempengaruhi kecerdasan anak.

Getaran musik yang masuk melalui telinga serta mempengaruhi kejiwaan, juga melalui neuron di otak. Ahli saraf dari Harvard University, Mark Tramo, M.D. mengatakan bahwa didalam otak manusia, jutaan neuron dari sirkuit secara unik menjadi aktif ketika kita mendengar musik. Neuron-neuron ini menyebar ke berbagai daerah di otak, termasuk pusat auditori di belahan kiri dan belahan kanan. Rupanya mulai dari sinilah kaitan antara musik dan kecerdasan terjadi.

Bukan berarti orangtua harus membelikan anaknya alat-alat musik yang super mahal untuk si kecil. Orangtua juga tak wajib mendominasi rumah dengan komposisi dari para komposer ternama dunia yang rumit. Awalnya, biarkan musik menghiasi ruang di sekitar anak-anak. Putarkan lagu di radio lalu orangtua dapat ikut bernyanyi bersama si kecil.

Pendidik neuroscience dan penulis buku Early Childhood Connections: The Journal of Music and Movement-Based Learning, Dr. Dee Joy Coulter mengaktan, melalui kegiatan bermain dan mendengar musik, anak dapat memperoleh manfaatnya. Dia mengklasifikasikan lagu-lagu, gerakan dan permainan anak sebagai latihan untuk otak yang brilian, yang mengenalkan anak pada pola bicara,keterampilan-keterampilan sensory motor
dan strategi gerakan yang penting.

Tak hanya perkembangan bahasa dan kosa kata anak meningkat melalui permainan yang mengandung musik, namun juga logika dan keterampilan-keterampilan beriramanya. Logika membuat anak nantinya mampu mengorganisasi ide dan mampu memecahkan masalah. Berbagai manfaat yang didapat dari musik, pendidikan prasekolah pun menggunakan musik sebagai bagian dari proses pendidikan.

Pakar pendidikan musik dari Ohio of State University, AS, Jim McCutcheon M.M.Ed dalam artikelnya Private Music Lesson for Kids memaparkan, beberapa hal yang perlu dipertimbangkan orangtua sebelum mengajak si kecil belajar di kelas musik yaitu perkembangan mental dan fisik anak. Teliti apakah rentang perhatian si kecil bisa lebih dari 2 menit. Pada tahun awal, anak setidaknya memiliki kemampuan mendengarkan, memperhatikan dan mengikuti arahan yang diberikan selama 15-30 menit.

Kemudian, McCutcheon juga menyarankan orangtua agar memperhatikan alat musik yang dimainkan telah sesuai perkembangan usia anak. Seperti terompet yang tidak sesuai untuk anak usia di bawah 10 tahun. Lebih sesuai jika anak usia tersebut diberikan latihan piano, gitar, biola dan alat musik perkusi. Ia juga meminta orangtua agar seksama melakukan pemilihan guru musik, sedapat mungkin pilih guru yang mahir berinteraksi dengan anak-anak

“Pertimbangkan juga, apakah orangtua juga bisa meluangkan waktu untuk melihat anak berlatih musik. Dengan demikian, orangtua bisa melihat perkembangan dan potensi anak di bidang alat musik tersebut,” ujarnya.(berbagai sumber/rin)

By:http://www.republika.co.id/berita/746/Stimulasi_Musik_Untuk_Kecerdasan_Anak

Kamis, 12 November 2009

Ciri Keterlambatan Perkembangan Anak

Author: Denny Wardhana
Tanggal: 07/10/2005

Keterlambatan Perkembangan dapat diketahui secara dini dengan mengenali cirinya
Secara umum, cirinya adalah sebagai berikut:

* Perilaku
* Fisik & Motorik Kasar
* Penglihatan
* Pendengaran


Ciri Keterlambatan Perkembangan Perilaku (Behaviour)

* Tidak dapat mempertahankan perhatiannya atau tetap fokus terhadap
aktivitas yang sedang dilakukannya dalam waktu tertentu seperti anak
seusianya
* Fokus pada obyek yang tidak biasa dalam waktu yang lama; sangat menikmati hal tersebut dibandingkan dengan interaksi dengan orang/obyek lainnya
* Menghindari tatapan mata dengan orang lain
* Terlihat frustasi dalam melakukan aktivitas sederhana yang anak lain dapat lakukan
* Memperlihatkan perilaku yang agresif dan lebih keras kepala dibandingkan dengan anak lain seusianya
* Melakukan kekerasan setiap harinya
* Memandang langit, mengguncang-guncang tubuhnya, berbicara sendiri lebih sering dan lama dibandingkan anak lain seusianya
* Tidak berusaha mendapatkan perhatian dan kasih sayang
* Tidak merasa perlu mendapatkan persetujuan untuk melakukan hal yang tidak biasa atau sama sekali baru


Ciri Keterlambatan Perkembangan Fisik dan Motorik

* Tangan dan kaki sangat kaku dan tidak fleksibel
* Memiliki tubuh yang lembek atau lemas dibandingkan dengan anak lain seusianya
* Hanya atau jauh lebih sering menggunakan salah satu sisi dari badannya
* Sangat ceroboh jika dibandingkan dengan anak lain seusianya


Ciri Keterlambatan Perkembangan Penglihatan (Vision)

* Mengalami kesulitan untuk mengikuti pergerakan obyek atau orang lain dengan matanya
* Sering menggosok-gosok mata
* Memiringkan kepala secara tidak biasa untuk melihat suatu obyek
* Sulit mengambil benda kecil denga tangannya (setelah usia 12 bulan)
* Kesulitan untuk fokus atau bertatapan (eye contact)
* Menutup salah satu matanya untuk melihat benda yang jauh
* Juling kedalam atau keluar
* Mendekatkan benda ke matanya agar dapat melihatnya
* Ukuran dan/atau warna mata yang tidak wajar


Ciri Keterlambatan Perkembangan Pendengaran (Hearing)

* Bersuara sangat keras atau sangat pelan
* Kesulitan untuk merespons pada saat di panggil meskipun untuk hal-hal yang sangat ia senangi
* Mengarahkan badannya sedemikian rupa sehingga kedua telinganya mengarah ke sumber suara
* Sulit mengerti atau menjalankan perintah (setelah usia 3 tahun)
* Tidak terkejut terhadap suara keras
* Daun telinga terlihat kecil atau mengalami perubahan bentuk
* Gagal mengeluarkan suara atau kata yang seharusnya bisa dilakukan oleh anak seusianya

CATATAN:
Ciri keterlambatan ini disusun berdasarkan Tahapan Perkembangan yang biasanya dilalui oleh setiap anak Namun, hal ini bukan berarti bahwa PutraPutri anda mengalami Keterlambatan Perkembangan. Segeralah menghubungi dokter anak anda atau para ahlinya

PERINGATAN:
pengamatan terhadap PutraPutri anda tidak digunakan untuk membanding-bandingkannya dengan anak lain tetapi untuk mengenali perkembangannya agar sesuai dengan anak di usianya. PutraPutri anda adalah individu yang unik yang membutuhkan waktu, belaian, perhatian dan kasih sayang anda


Sumber :http://www.putraputri.com/perkembangan_anak/38/Ciri%20Keterlambatan%20Perkembangan%20Anak

Rabu, 11 November 2009

Pendidikan Seni Musik Sebagai Bentuk Pengembangan Kepribadian Anak


Oleh Zufriady


Abstrak

Pendidikan seni musik merupakan pendidikan yang dapat mengembangkan kepriadian anak secar langsung dan tidak langsung. Dengan belajar musik anak akan banyak mendapatkan perkembangan kreatifitas, inovatif dan rasa estetik secara mendalam. Perkembangan yang dimaksud merupakan proses yang diperlukan anak didalam kehidupannya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung dapat dilihat dari perkembangan kognitif dan psikomotor mereka dalam melaksanakan aktifitas belajar untuk kemampuan sewaktu beraktifitas dan perkembangan anak secara tidak langsung juga akan dapat mereka rasakan dalam kehidupan sehari hari dalam berinteraksi pada lingkungan mereka yang dapat dilihat dari asfek afektifnya.


Kata kunci: Pendidikan seni musik, perkembangan anak, kreatifitas, inovasi, estetis, kognitif,

psikomotor, dan afektif.

Latar Belakang

Pendidikan merupakan aspek yang tidak luput dari kehidupan manusia, setiap manusia tetap akan belajar dan selalu mencari sesuatu yang belum diketahuinya. Hal ini disebabkan oleh rasa ingin tahu dan insting seorang manusia yang selalu berkembang dengan rangsangan yang ada di lingkungannya.

Berbagai macam bentuk pendidikan yang terjadi baik secara formal maupun secara non formal. Secara formal dapat dilihat dari pendidikan yang dilakukan secara konfensional dan pendidikan non formal yang terjadi dimasyarakat dengan berbagai bentuk dan fenomena yang terjadi, seperti pewarisan dari orang tua ke pada anak, dari teman sejawat, dan pendidikan yang terjadi dari lingkungan maysarakatnya sendiri.

Dua istilah yang berkembang pada saat sekarang dalam pengembangan seni yaitu pendidikan seni dan seni pendidikan. Dalam konteknya pendidikan seni merupakan pendidikan yang berfungsi untuk mendidik dalam pendewasaan anak dan ini bersifat umum sebagai pengembangan kepribadian secara estetik. Sedangkan seni pendidikan dikelompokkan kepada pembelajaran seni sebagai membelajarkan seni secara utuh, dengan arti mendidik seni agar memiliki keahlian dibidang seni seperti contoh pada sekolah-sekolah seni.

Pendidikan seni sebagai pendidikan dapat mengembangkan anak dari berbagai aspek perkembangan yang berfungsi sebagai pengembangan diri dalam bentuk kognitif, afektif dan pskikomotornya. sebagai contoh perkembangan seni yang dapat mengembangkan kepribadian adalah dengan melaksanakan pembelajaran seni untuk menghaluskan budi pekerti dari anak.

Menurut KI Hajar Dewantara pendidikan memiliki tiga tujuan yaitu: 1) untuk memperhalus budi pekerti, 2) kecerdasan otak, dan 3) untuk kesehatan badan.

Pendidikan Seni Musik

Beberapa pendapat mengatakan bahwa pentingnya pendidikan seni di sekolah guna mengembangkan dan meningkatka kualitas anak didik dalam pendewasaannya. Pada bagian ini akan dibahas tiga pendapat tentang pentingnya pendidikan seni yaitu menurut Ki Hajar Dewantara, Music Education As An Aesthetic Education dan Praxis Philosophy.

  1. Menurut Ki Hajar Dewantara.

Pendidikan musik yang dilandasi oleh musik bangsanya selain musik bangsa lain, diharapkan mampu membentuk manusia yang berbudi luhur. Kehalusan rasa digunakan sebagai pelita untuk mempertajam pemikiran dan menyelaraskan tindakan, baik tindakannya sebagai individu maupun tindakannya sebagai bagian dari masyarakat.

  1. Menurut Music Education as an Aestetic education

Pendidikan musik bertujuan untuk mengembangkan kemampuan seseorang untuk merespon kualitas estetis yang terdapat pada suatu karya. Aktivitas yang menjadi indikator adanya kemampuan merespon diantaranya ialah mengkritik, memilih dan menentukan musik mana yang disukai, memberi makna terhadap musik yang didengar dan memberi keputusan menolak atau mendengarkan suatu karya musik hingga selesai.

  1. Menurut Praxis philosophy

Pendidikan musik dalam pandangan praxis filosofi memiliki makna membantu manusia mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh pengetahuan, berkembang, memiliki harga diri dan identitas diri serta memiliki kepekaan sosial terhadap keragaman budaya.

Dari tiga argumen yang terdapat di atas menentukan pentingnya pembelajaran seni musik disekolah guna membangun jati diri anak dalam prses mereka berkembang. Berbagai aspek yang dapat dilihat dalam pembelajaran seni musik yaitu perkembangan anak, proses berkreatifitas, berinovasi dan lainnya.

Perkebangan anak.

Anak merupakan aset yang dapat digunakan di dalam proses belajar. Dengan melihat perkembangan anak seorang guru akan mampu untuk memahami dan mengerti dengan mereka. Untuk itu beberapa pendapat yang meneliti tentang perkembangan anak tersebut.

Menurut Aristoeles dalam Syamsu (2002:20), perkembangan jiwa anak berdasarkan biologis dapat dibedakan berdasarkan tingkat umur yaitu:

- Usia 0-7 tahun disebut masa anak kecil/masa bermain

- Usia 7-14 tahun disebut masa belajar/sekolah dasar

- Usia 14-21 tahun disebut masa peralihan dari anak menjadi dewasa.

Menurut Utami (1999:1), perkembangan jiwa anak dilihat dari sudut psikolohis dapat dibedakan antara lain:

a. Masa bayi, adalah sejak lahir sampai pada akhir tahun ke dua

b. Masa anak awal, atau masa anak-anak, adalah dari permulaan tahun ke
3-6 tahun, disebut juga masa anak prasekolah. Pada masa ini anak lebih
suka bermain.

c. Masa anak lanjut atau masa anak sekolah antara umur 6 - 13 tahun

d. Masa anak jadi matang secara seksual antara umur 13-18 tahun. Hal ini
juga dikatakan masa peralihan anak ke dewasa.

Adapun ciri-ciri anak masa sekolah adalah sebagai berikut:

a. Keterampilan membantu diri sendiri, pada masa ini anak sudah dapat
melakukan kebutuhan sendiri, seperti makan, berpakaian dan mandi tanpa bantuan orang lain.

b. Keterampilan sosial, pada masa ini anak dapat membantu orang lain, seperti menyapu rumah, dan menghapus papan tulis di sekolah.

c. Keterampilan sekolah, pada masa ini anak dapat mengembangkan
keterampilan misalnya, keterampilan membaca, menulis, memasak.

d. Keterampilan bermain, pada masa ini anak cenderung meniru bentuk permainan dari kelompok sebayanya, misalnya main bola, berenang, main layang-layang.

Utami menegaskan bahwa pada usia 6-9 tahun dapat dikategorikan pada karakteristik sekolah kelas rendah, dan usia 10-13 tahun dikatakan karakteristik kelas tinggi.

Adapun ciri-ciri anak pada masa sekolah kelas rendah dan kelas tinggi adalah:

a. Masa sekolah kelas rendah

- Pertumbuhan jasmani dan prestasi seimbang

- Tunduk pada permainan tradisional

- Suka memuji diri sendiri dan membandingkannya dengan orang lain

- Tingkat ketekunan rendah, misalnya apabila ia tidak berhasil melakukan
suatu pekerjaan, maka pekerjaan itu dianggap tidak penting.

- Egois, cenderung memaksakan kehendak sesuai dengan
kebutuhannya, tanpa mempertimbangkan kemampuan yang dimiliki,
misalnya ia berambisi untuk mendapatkan nilai tinggi tanpa berusaha.

- Suka membuat permainan dengan kreasi baru.

b. Masa sekolah tinggi

- Cenderung melakukan pekerjaan yang praktis

- Tingkat rasa ingin tahu tinggi

- Tumbuhnya kesadaran yang tinggi dan tekun untuk melakukan suatu
pekerjaan tertentu.

- Sudah mulai mengevaluasi diri sendiri atas prestasi yang dicapai

- Suka membuat permainan-permainan dengan kreasi baru.

Menurut Purwatiningsih (1999:120-121), bahwa karakteristik anak pada masa sekolah (SD) dapat dibedakan menurut tingkat umurnya yaitu:

1. Tingkat umur 6-7 tahun digolongkan pada kelas rendah

2. Tingkat umur 10-13 tahun digolongkan pada kelas tinggi

Karakteristik Siswa SD tersebut dibafi atas 3 bagian yaitu:

1. Karakteristik secara umum

2. Karakteristik kecerdasan

3. karakteristik sosial



KARAKTERISTIK SISWA SD

Kelas Rendah (6-9 Tahun)

Kelas Tinggi (10-13 Tahun)

Karakteristik Secara Umum

  1. Waktu reaksi lambat
  2. Koordinasi otot tidak sempurna
  3. Suka berkelahi
  4. Gemar bergerak, bermain, memanjat
  5. Aktif bersemangat
  6. Terhadap bunyi-bunyianyang teratur/irama

Karakteristik Secara Umum

  1. Waktu reaksi lambat
  2. Koordinasi otot sempurna
  3. Gemar bergerak danbermain

Karakteristik Kecerdasan

  1. Pusat perhatian rendah
  2. Kemauan berfikir terbatas
  3. Gemar mengulangi macam-macam kegiatan

Karakteristik Kecerdasan

1. Pusat perhatian tinggi

2. Kemampuan berfikir tinggi

Karakteristik Sosial

1. perhatian tinggi terhadap hal-hal yang bersifat drama

2. berkhayal dan suka meniru

3. gemar akan kedaan alam

4. senang akan cerita-cerita (dongeng)

5. sifat pemberani

6. senang jika mendapatperhatian/pujian orang lain

Karakteristik Sosial

1. waktu reaksi lambat

2. tidak suka kepada hal-hal yang bersifat drama

3. gemar pada lingkungan sosial

4. senang pada cerita-cerita lingkungan sosial

5. sifat berani dengan menggunakan logika
































Proses Berkreativitas

Suatu pertanyaan yang sering terdengar dalam benak kita, apa yang dimaksud dengan kreatifitas. Dalam kehidupan sehari- hari kita selalu mendengar istilah kreativitas dan kreatifitas itupun senantiasa menjadikan sesuatu yang berharga dan sesuatu yang memiliki makna besar dalam kehidupan kita.

Banyak para ahli filsafat dan psikolog-psikolog yang menafsirkan dan memberikan pendapat tentang maksud dari kreatifitas, baik dari kalangan seniman, pengusaha, dunia pendidikan, politik, religi dan kalangan lainnya.

Dari kalangan seniman banyak mengatakan suatu modal utama dari sebuah aktifitas berkesenian, dari kalangan pengusaha juga mengatakan bahwa modal sebuah usaha juga dipicu oleh sebuah kreatifitas yang baik, dari kalangan dunia pendidikan mengatakan lemahnya pendidikan juga disebabkan oleh lemahnya kreatifitas guru dalam bidang mengajar, dari dunia politik mengatakan bahwa negara kita kurang memiliki kreatifitas yang baik sehingga kita jauh tertinggal dari negara lain dan malah kita lebih cendrung untuk meniru dari pada berbuat yang baru dan dari kalangan lainnya juga memiliki pandangan yang berbeda pula dari konsep pemikirannya dalam melihat suatu kreativitas.

Pada pendidikan seni musik di sekolah dasar sangat benayak mepengaruhi siswa untuk selalu berkeratifitas, keratifitas dalam pendidikan seni musik berbentuk usaha anak untuk menemukan hal-hal yang baru dengan latar belakang apresiasi dan proses belajar didalam memainkan dan bekerja musik itu sendiri.

Seorang anak akan diminta untuk memainkan salahsatu alat musik, dengan satu kegiatan seperti memainkan alat musik seorang anak akan berusaha untuk menemukan bagaimana cara memainkan yang benar, mencari nada yang pasti teknik bermain yang bagus hingga penghayatan dari sebuah permainan alat yang anak mainkan. Dengan demikian anak akan menjumpai beberapa persoalan dalam bermain musik sehingga dengan berbagai persoalan tersebut anak akan terbiasa dengan menghadapi permasalan-permasalahan pada proses perkembangan mereka.

Proses seperti ini akan memberikan stimulus kepada anak untuk berkreatifitas sesuai dengan perkembangannya dan juga membangkitkan rasa untuk berinovasi dengan pengalaman-pengalama yang sudah ada.

Sebagai suatu pengalaman yang penulis rasakan, sewaktu pada sekolah dasar. Pada waktu itu berbagai kegiatan kreatifitas dan inovasi yang dilakukan secara berkelompok. Terciptanya sebuah kelompok musik band ala siswa SD dalam bentuk penggunaan alat-alat bekas pakai yang ada dilingkungan dijadikan sebagai alat musik. Kelompok drum tercipta dari kaleng-kaleng, galon minyak besar sebagai bass drum dan tutup lampu petromat sebagai simbal.

Bentuk lainnya pembuatan instrumen gitar, kiboard yang dirancang dengan menggunakan papan seberan yang dicari dengan sekelompok teman pada sebuah perusahaan pengolahan kayu. Berbagai model yang dibaut dengan papan sehingga dapat menyerupai gitar buntungnya bung Roma grup Soneta. Kiboard terbuat dengan bilahan kayu yang diolah sedemikian rupa dengan bentuk yang menyerupai kiboard sesungguhnya dengan merek Roland.

Proses seperti di atas merupakan sebuah ajang kreatifitas dan inovasi yang dilakukan tampa disadari dan sebuah proses yang memiliki makna untuk perkembangan kepribadian anak.

Bentuk perkembangan kognitif yang dilihat dari pengaplikasian diri dari gejala masyarakat dengan pesatnya perkembangan dunia musik. Bentuk seperti ini proses kognitif sangat besar, sebab pada masa ini anak berusaha untuk mengaplikasikan pemikirannya dengan berbagai persoalan-persoalan yang terjadi sewaktu berproses.

Sebagi bentuk afektif yang terjadi pada proses penghargaan terhadap ide-ide teman dan menghadapi permasalahan sosial yang terjadi pada lingkungan, seperti sesama teman, dengan orang tua untuk memberikan kesempatan untuk beraktifitas dan dengan orang-orang yang mereka hadapi sewaktu itu.

Dari asepek psikomotor sudah pasti mereka dapatkan dengan proses anak mengolah bahan-bahan menjadi sebuah hasil karya disamping melahirkan skil motorik pada aktifitas bermain musik.

Berinovasi

Dengan pembelajaran seni musik, anak akan menemukan ide-ide baru yang mereka temukan didalam beraktifitas seni. Menurut udin saefudin saud (2006) Inovasi ialah Suatu ide, barang, kejadian metode yang dirasakan atau diamati sebagai suatu hal yang baru bagi seseorang atau sekelompok orang (masyarakat) baik itu berupa hasil inovasin maupun diskoveri. Inovasi diadakan untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk memecahkan suatu masalah tertentu.

Jika dilihat dari perkembangan anak di atas, sebuah inovasi tentu akan mereka lewati sewaktu bersinggungan dengan pembelajaran musik sebab mereka juga akan berusaha untuk mencari ide-ide dan gagasa baru yang dibimbing oleh gurunya pada proses belajar. Hal ini akan diperkuat dengan kurikulum KTSP pada saat sekarang dengan arti, kurikulumnya telah menuntut anak untuk selalu menemukan dan menemukan secara madiri. Dengan demikian, proses berinovasi dalam pembelajaran musik akan membuka peluang yang sangat besar bagi anak


Sumber:

Atwi Suparman, (1995); Desain Intruksional, PAU Universitas terbuka, Jakarta

Buzan. (2004) ; Otot dan Tubuh, Jakarta.

Komalawati Enung. (2008). Pengembangan Aspek Kreativitas Dalampembelajaran Seni Tari Di Sekolah Dasar. Sekolah pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia. Bandung.

Purwatiningsih, Hartini Ninik, (1999), Pendidikan Seni Tari Drama, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan

Syamsu,(2004) ; Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Remaja Rosdakarya , Bandung

Saefudin saud udin, (2006). Inovasi Pendidikan. Bahan belajar mandiri. UPIPERS Bandung.

Suyanto slamet (2005). Dasar-Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Hikayat. Yogyakarta

Tim Abdi Guru, (1994), Kesenian untuk SMP kelas VII, : Erlangga. Jakarta