Rabu, 04 November 2009

Sekelumit tentang Musik Keroncong

Sekelumit tentang Musik Keroncong

oleh : Hery Udo

a. Jenis musik keroncong

Musik keroncong adalah salah satu asset seni budaya nasional yang memiliki nilai tinggi sebagai cermin perkembangan musik di Indonesia. Musik keroncong bias dikatakan sebagai musik sederhana, sopan, dan memiliki nilai filosofi tinggi (terutama dari segi syair dan perkembangannya). Hal ini dapat disimak seperti kutipan di bawah ini :

dalam pandangan relativisme budaya yang muncul dikalangan para ahli antropologi tidak dapat dinilai dengan ukuran tinggi rendah, nilai satu-satunya “ukuran” yang dapat diterapkan adalah berdasarkan besar kecilnya masayarakat yang mendukung kebudayaan (Richard, L. Anderson, 1989 :45)

Musik keroncong memilki liku – liku sejarah panjang, konon dimulai pada abad ke-16 kesenian Moor (spanyol) dibawa oleh orang Portugis ke nusantara, pada saat itu perbudakan merupakan hal yang biasa saja seperti halnya yang terjadi di benua Amerika kita kenal dengan Bangsa kulit hitam Afrika (Negro). Dalam hal ini, perbudakan yang dilakukan oleh bangsa Portugis lebih dikenal dengan sebutan Indo Portugis atau “Portugis Hitam”, orang – orang hitam ini merupakan kaum (golongan) tersendiri yang disebut juga dengan “kaum Merdeques” kemudian lama – kelamaan berubah istilah menjadi Mardykers. Istilah ini diambil dari bahasa Sansekerta Mahardhika mereka merupakan penduduk Kristen, berkebudayaan asing bercampur dengan kebudayaan keturunan Africa India, beragama Kristen, berpakaian eropa, dengan bahasa pemersatu bahasa portugis dan membentuk musik portugis. Liku – liku sejarah tersebut dapat kita lihat dikampung Tugu konon sebagai titik awal perkembangan musik keroncong.

Menurut para ahli musik, asal nama musik keroncong tidak begitu jelas. Ada yang berpendapat bahwa nama keroncong berasal dari bunyi gelang kaki penari Ngeremo (tarian madura) penari ini berpakaian seperti pelaut Madura dengan ditambah sepasang gelang kelinthing pada mata kakinya, dari gelang itulah muncul bunyi crong…crong… kemudian dari bunyi tersebutlah muncul anggapan bahwa nama music keroncong berasal dari bunyi gelang penari ngeremo tersebut, ada pula yang beranggapan bahwa asal mula dari nama “keroncong” adalah dari bunyi alat music ukulele yang menghasilkan bunyi..kencrong-kencrong. Dalam hal ini anggapan-anggapan tersebut sah – sah saja, sebab sejarah musik keroncong memang tidak mempunyai keterangan secara jelas dan pasti tentang asal-usul nama musik keroncong.

Musik keroncong memiliki sesutatu di dalamnya, yaitu kekhasan dan keunikan, baik itu secara form (bentuk), substansial dan warna yang terkandung didalamnya. Hal ini dapat diketahui dan dirasa secara sungguh – sungguh jika kita dapat secara langsung terlibat didalamnya.

Hampir semua orang mempunyai anggapan bahwa, semua lagu yang dimainkan dalam instrument dan gaya musik keroncong baik itu pop, rock, jazz maupun klasik masuk kedalam kategori musik keroncong, padahal tidak demikian halnya, banyak perbedaan estetik yang terkandung didalamnya setiap jenis musik. Dalam musik keroncong terdapat beragam jenisnya, masing –masing jenis tersebut memiliki nilai estetik sendiri, ada aturan dan pakem – pakem tertentu atau yang disebut dengan gendre. Jenis – jenis musik keroncong yaitu sebagai berikut :

1. Keroncong asli

Jumlah birama :28 birama

Sukat atau tempo 4/4

Bentuk kalimat, A-B-C dinyanyikan 2 kali

Selalu ada poorspeel yaitu bagian pembukaan sebelum ke intro dalam musik klasik barat disebut preleudium, bagian ini merupakan improvisasi akord Tk I dan Tk II dimainkan oleh instrument biola atau flute. Kemudian intro dan coda yang diakhiri akord I dan ditutup dengan kadens lengkap disebut juga istilah overgang atau lintas akord, yaitu :I – IV-V –I sedang untuk coda juga berupa kadens lengkap.

Pada tengah lagu ada interlude, disebut juga dengan istilah senggahan middle spell, yaitu pada birama kesembilan dan kesepuluh

Mengenai bentuk kalimat pada jenis keroncong asli sering disebut dengan:

ü bagian permulaan merupakan kalimat A

ü Bagian Refrain (tengah) kalimat B

ü Bagian senggahan (akhir) kalimat C

2. Langgam

Jumlah birama : 32 birama

Sukat atau tempo 4/4 walau ada yang 3/4

Bentuk kalimat : A-A-B-A

Lagu biasanya dibawakan dua kali, ulangan kedua bagian kalimat A-A. dibawakan secara instrumental, vocal baru masuk pada bagian kalimat B dan dilanjutkan A.

Intro diambil empat birama terakhir dari lagu langgam tersebut, sedangkan coda berupa kadens lengkap.

3. Stambul

a. Stambul I

- Jumlah birama : 16 birama

- Sukat atau tempo 4/4

- Bentuk kalimat A-B

- Intro merupakan improvisasi dengan peralihan akord tonika ke akord subdominant

- Sering berbentuk musik dan vocal saling bersahutan

b. Stambul II

- jumlah birama : dua kali 16 birama

- sukat atau tempo 4/4

- bentuk kalimat : A-B

- Intro merupakan improvisasi dengan peralihan dari akord tonika ke akord subdominant, sering berupa vocal yang dinyanyilan secara recitative, dengan peralihan dari akord I ke akord ii tampa iringan.

4. Keroncong ekstra

a. Bentuk penyimpang atau bentuk lain dari jenis keroncong diatas

b. Bersifat merayu, riang gembira dan jenaka

c. Merupakan musik lain yang kemudian dibawakan dalam instrument dan gaya keroncong

d. Salah satunya dipengaruhi oleh bentuk lagu – lagu tradisional

B. Instrumen dalam musik keroncong

Sejarah musik keroncong tidak lepas dari sebuah kampung kecil di pesisir pantai Jakarta yang bernama Kampung Tugu, sebagian besar penduduk Kampung Tugu ini keturunan bangsa portugis. Selama hampir tiga setengah abad orang keturunan portugis ini banyak bercampur dengan suku bangsa lainnya dan penduduk pribumi seperti orang Belanda, Tionghoa, Ambon, Manado, Jawa dan Sunda. Keturunan ini disebut dengan orang mestizo mereka hidup seperti dalam sistem nenek moyang mereka di Portugis.

Di kampung Tugu inilah akar dari pembuatan alat musik keroncong dan istilah keroncong di Indonesia. Keroncong sebagai salah satu jenis kesenian musik tradisional yang tubuh dan berkembang di daerah Tugu pada tahun 1661 seperti yang dikenal sebagai “keroncong asli”. Karena musik ini diperkenalkan oleh orang – orang keturunan Portugis, meskipun dengan sendirinya jenis irama musiknya banyak dipengaruhi oleh unsur kesenian bangasa Portugis. Bahkan pada saat itu orang – orang Belanda berupaya memperbaharuinya supaya mengikuti kebudayaan Belanda, namun orang Tugu tetap mempertahankan kesenian Keroncong yang dianggap waisan nenek moyang mereka tetap di pertahankan dan dilestarikan sebagai oengikat identitas. Oleh karenanya musik ini bagi masyarakat tugu memiliki arti dan nilai lebih selain hanya sebuah bentuk kesenian hiburan saja.

Lagu keroncong pertama di Indonesia adalah Keroncong Moresko. Moresko berasal dari sebuah nama tarian Portugis yang bernama moresca dan diasosiasikan sebagai musik keroncong moresco serta umunya dianggap sebagai contoh standar dari musik keroncong yang sesungguhnya adalah Jacobus Quiko, salah seorang keturunann portugis di kampung Tugu menyebutkan Morisku atau moresca berasal dari bangsa Moor (Moro)

Istrumen musik keroncong terus berkembang, pada mulanya hanya berupa gitar, yaitu : Gitar Froung yang berukuran besar dengan jumlah dawai 4, Gitar monica berukuran sedang dengan dawai 3 dan gitar Jitera berukuran kecil dengan dawai 5. kemudian didalam perkembangannya alat musik keroncong mengalami penambahan instrument, yaitu : Flute, Biola, Gendang Rebana, Mandolin, Cello petikan dan Treangle, dengan sendirinya pemainpun bertambah begitu pula dengan lagu – lagunya. Tidak saja berkembang dibidang instrument saja akan tetapi pengembangan secara kompositorispun terjadi kemudian muncul jenis stambul dan Melayu.

Pada awal abad XX munculah kelompok musik keroncong bernama Lief De Java atau Oud Batavia kelompok yang disponsori oleh orang – orang Belanda dengan pemainnya campuran, mereka berupaya memoderenisasi musik keroncong dengan irama musik Jazz. Instrumen pun kemudian ditambah dengan gitar melodi, okulele (Cuk) dan contrabass. Kelompok keroncong Oud Batavia ini kemudian berkembang menjadi orkes keroncong asli Jakarta. Dari Jakarta timur tepatnya kempung Tugu, orkes Keroncong kemudian menyebar keseluruhan Indonesia terutama di pulau Jawa dan kemudian beradaptasi dengan langgam Jawa kemudian disebut irama keroncong Langgam Jawa, dan kemudian sangat terkenal pada masa revolusi tahun 1945-1950.

Catatan – catatan :

· Bentuk adaptasi musik keroncong terhadap tradisi musik gamelan dikenal sebagai langgam jawa, berbeda dari langgam yang dimaksud ini. Langgam Jawa yang pertama adalah Yeng Ing Tawang (Tawang suatu desa di Magetan) ciptaan Anjar Any (1935). Langgam Jawa memiliki cirri khusus pada penambahan instrument antara lain siter, kendang, saron, dan adanya bawa atau subuk berupa introduksi vocal tanpa instrument untuk membuka sebelum irama dimulai secara utuh

· Selo (sebagai kendangan)

· Kontrabass

· Penjaga irama dipegang oleh ukulele dan bass. Gitar dan selo mengatur peralihan akord. Biola berfungsi sebagai penuntun melodi, sekaligus hiasan/ornament. Flute mengisi hiasan, yang melayang – laying mengisi rueng melodi yang kosong.

· Alat musik yang dipakai dalam keroncong saat ini :

Ø ukulele cuk, berdawai 3 (nilon), urutan nadanya adalah G, B, E

Ø ukulele cak, berdawai 4 baja, urutannya nadanya A, D, Fis, dan B

Ø jadi ketika lat musik lainnya memainkan tangga nada C, cak bermain pada tangga nada F (dikenal dengan sebutan in F)

Ø gitar akustik (Ukulele dan Gitar menggatinkan Sitar)

Ø biola (Menggantikan Rebab)

Ø flute (Menggantikan)

Demikian sekelumit tentang musik keroncong, kelumit berikutnya selalu akan menyusl terus – menerus. Begitu banyak hal tentang jenis musik ini yang mesti dikupas secara detail, dan pada akhirnya kita akan bersyukur dan bangga yang memilki begitu banyak kekayaan musik salah satu nya keroncong!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan beri komentar